Posts

Showing posts from 2020

Pernah Just In Time

Image
Setahu saya, ini istilah ada di pabrik, khususnya sistem inventory/ persediaan. Teori ini pernah saya pelajari saat dibangku kuliah, waktu itu kebetulan saya masuk he he.  Just In Time adalah kondisi dimana bahan datang tidak perlu menunggu lama, langsung segera digunakan untuk proses produksi. Sehingga di Gudang Bahan, stocknya amat sangat minim. Karena hanya menyimpan stock untuk kebutuhan satu jam saja, satu shift saja, satu hari saja. Teori ini bisa berjalan kalau Perusahaan anda besar sekali, kenapa? Karena anda punya power, power untuk beli sangat banyak, bayar tepat waktu atau malah di depan, supplier tersedia dan bersaing. Sehingga perusahaan anda akan membuat aturan, kirim barang sesuai permintaan kami, info akan berikan satu shift sebelumnya (atau H-1).

5 Strategi untuk meningkatkan Efisiensi Inventory Management anda

Image
Strategi ini untuk anda yang saat ini sedang menjalankan jualan online retail, dan memahami kompleksitas mengelola persediaan, baik persediaan bahan maupun persediaan barang jadi. Anda musti mengetahui jumlah yang yang picisan tersebut, memastikan harga produksi dan jual tetep benar untuk tiap picisan, dan dimana barang tersebut berada, bisa di workshop anda, bisa di toko, bisa di karyawan, reseller, distributor, di suplier atau masih di jalan.  Dengan data yang akurat dan realtime, akan membantu anda bertindak cepat. Sehingga di situasi yang cepat berubah ini, persediaan yang shortage atau yang melimpah bisa anda hindari, karena keduanya hal yang sangat tidak kita inginkan. Berikut 5 strategi yang bisa anda gunakan untuk melakukan improvement.

Just In Time - vs Purchasing

Image
Sekira tahun 2006 an : “Barangmu iki just in time yo?” Kepala bagian Purchasing menanyai saya dengan nada menyeledik. “Enggak kok” jawabku, padahal ordernya dikit2 he he, bisa hemat biaya dan space. By the way apa sih itu Just In Time? Adalah penerapan sistem inventory yang quantitynya amat sangat rendah hingga mendekati enol. Bisa dilakukan untuk stock bahan baku atau di finish good, khususnya untuk pabrik dengan model mass produkction (made to stock). Jadi stock bahan akan dibuat sesedikit mungkin, datang langsung dipakai, -butuh minta datang pake-, kelihatannya mudah, sebenarnya sulit sekali dilaksanakan. Tapi kalau berhasil, perusahaan anda akan sangat hemat sekali.

5 Problem di Perusahaan dan Logisticnya

Image
Mengelola Supply Chain Management ini sangat menyenangkan namun menyibukkan, karena kondisi aktivitas yang tidak selalu sama, sangat menantang. Sehingga dibutuhkan update pengetahuan dan informasi terbaru, agar kita dan perusahaan bisa melakukan development beberapa pekerjaan atau project. Jika di kelola dengan baik, perusahaan akan mampu untuk mereduce cost, improve waktu pengiriman, menjaga customer tetap loyal, meningkatkan produktivitas, dan mendapatkan peluang bisnis baru. Namun, ada problem yang umum dan pasti mempengaruhi kinerja Perusahaan. Berikut 5 kesalahan paling umum yang seringkali terjadi di sebagian besar Perusahaan dan saya khususkan di aktivitas Logistic untuk Anda pelajari dan apa yang Anda bisa lakukan untuk menghindarinya. 

Virus Corona & SCM Awakening

Image
Kesadaran mengelola SCM mulai terbangun di sebagian Perusahaan yang sebelum tidak mengira hantaman Virus Corona begitu lama dan dahsyat. Department terdampak langsung adalah Procurement, Logistic, Delivery dan SCM secara keseluruhan. Purchasing atau Procurement saat ini pasti sedang pusing tujuh keliling, bulan lalu mungkin baru terjadi untuk perusahaan pengimpor. Saat ini beberapa perusahaan yang bahan bakunya masih lokal, sudah mulai merasakan dampaknya, mereka terpukul mundur seperti dihantam Chris Jon. Bagian Pembelian dan SCM sedang sibuk mencari supplier-supllier baru, karena supplier lama mereka, supplier andalan mereka ikut terhantam juga. Apakah Perusahaan tempat anda bekerja merasakan hal yang sama?

Supplier Performance Part 2

Image
Jadi supplier di Perusahaan kita sebenarnya juga berhubungan dengan banyak pihak (orang) mereka juga bisa membuat penilaian customer atau menilai kita. Mulai dari Purchasing yang develop, follow up dari purchasing, follow up dari QC, PPIC, Produksi, Finance hingga ke Factory Manager. Jika sudah deal pun, mereka bisa menilai kita dari harga, kesepakatan dan akad-akadnya. Saat meneriman order, mereka bisa menilai dari jadwal yang kita berikan, bagaimana kita mengontrol permintaan, bagaimana dengan revisi dan reschedule.