Orderan Proses Beverage Manufacture
Macam-macam juga cara perusahaan mengelola orderannya, salah satunya di pabrik minuman di tempat saya bekerja. Rencana jual sales/ distributor akan di collect secara Nasional di kantor pusat (HO), tim Sales HO akan mendiskusikan dengan tim Manufactur yang ada di HO juga. Mereka mengadakan meeting yang dinamakan ROFO (Rolling Forecast), mengulang-ulang dan memperbaiki rencana jual setiap minggunya untuk bulan depan.
Rencana sales bulan yang fix akan di sign oleh pembesar-pembesar di HO, kemudian dikirim ke all bagian. Tim HO manufactur khususnya Suplly Demand (SCM) akan membagi permintaan ini ke all Pabrik. Memperhatikan varian yang di produksi, stock awal, kemampuan mesin, kesiapan bahan dan ketersediaan space gudang. HO akan ngasih angka per varian per minggu selama sebulan, Pabrik akan breakdown jadwal per hari pershift per varian. Jika ada yang tidak bisa akan diinfo ulang ke HO.
Karena rencana ini adalah hasil dari Forecast tim Sales, membuatnya sebulan sebelumnya, jadi pasti di hari H ada kemblesetan realisasi jual. Hal ini wajar karena memang keinginan konsumem sulit di prediksi, ada yang produk baru pengen nyoba, bosan dengan yang lama, penasaran dengan produk yang belum di coba, produk kesukaannya tidak tersedia, ada produk diskon dan lebih murah.
Jadinya sales kadang berbeda orderdan di hari H atau weeknya. Pabrik mengantisipasi dengan stock all varian yang terjaga, stock material yang terjaga untuk persiapan perubahan rencana produksi. Stock PO ke suppier yang variatif tetap terjaga, karena hal yang sama.
Hal ini dinamakan Bulls Whip Effect atau Efek Pecut Sapi, sedikit goyangan (perubahan) di sisi sales, efeknya semakin membesar hingga ke supplier. Misal seperti ini, bulan depan para salesman mau jualan produk A sebanyak 100pcs. Di hari H berubah butuh A 75pcs dan B 25pcs, gudang distributor minggu depan melakukan stock produk A 100pcs, B 50pcs dan C 25pcs, stock A untuk yang pasti, stock B jaga-jaga kalau sales ada orderan B seperti minggu lalu, stock C untuk order tiba-tiba karena sayang kalau loss sale.
Pabrik akan stock A, B, C, dan D, masing-masing 2 kali lipat dari kebutuhan distributor, produksi pun harus siap berubah jikalau ada permintaan dadakan. Stock bahan baku dan kemas, stocknya lebih banyak lagi, bisa 1,5 kali lipat dari kebutuhan produksi. Bagian Pembelian juga gak mau ketinggalan, kebutuhan gudang dia siapin, plus ada PO tambahan ke supplier jika tiba-tiba ada peningkatan kebutuhan. Bayangkan dari rencana jual sales yang jualan A 100pcs jadi naik hingga A 600 pcs, B 300pcs, C 75 pcs dan D 60pcs.
Oke ini dulu cerita mengenai mengelola orderan, dari Sales, ke Pabrik hingga ke Vendor bahan baku. Semoga menambah khazanah keilmuan kita aamiin.
Comments
Post a Comment